Senin, 05 Maret 2012

Ragam Kreasi

Warga Binaan PKBM Pantai Wane adalah masyarakat Parado seutuhnya yang diberikan bimbingan oleh PKBM Pantai Wane baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Para Tim fasilitator atau pengajar PKBM. keberadaan warga Binaan ini memberikan konstribusi yang jelas bagi perkembangan PKBM Pantaiwane itu sendiri. Betapa tidak, Ragam kreasi dan olahan yang dipamerkan oleh PKBM Pantaiwane semata-mata merupakan hasil karya warga binaan itu sendiri. Beragam kreasi tangan-tangan terampil warga binaan ini sudah banyak dipasarkan ditingkat lokal maupun tingkat regional, pada umumnya pemesanan terbanyak datang dari pulau Bali dan Lombok. LANGGEDA, adalah suatu bahan baku yang digunakan untuk ragam kreasi anyaman ini, tidak tanggung-tanggung warga Binaan PKBM inipun akan membuat berbagai bentuk kreasi anyaman berdasarkan pemesan konsumen baik dalam bentuk maupun ukuran yang sesuai dengan keinginan pemesanan konsumen, langkah ini pada awalnya dilakukan semata-mata demi meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin yang tidak memiliki penghasilan tetap, adalah suatu usaha yang dilakukan oleh PKBM pantaiwane dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat desa. hal ini disadari sepenuhnya agar masyarakat dapat melakukan sesuatu diwaktu longgarnya setelah selesai musim menanam dan memanen. Pada tahapan sekarang ini, akibat adanya pemesanan dan permintaan yang makin hari makin meningkat, maka jumlah warga binaanpun semakin bertambah pula. pada saat ini ada 250 orang warga binaan PKBM yang sudah memiliki keahlian dan mahir dalam berkarya atau berkrasi. adapun beberapa contoh karya yang dihasilkan warga binaan PKBM pantaiwane dapat disimak pada gambar-gambah dibawah ini :

MANAJEMEN RUMAH TANGGA

1. Pengelolaan Keungan Rumah Tangga
Prinsip 1 : “Segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah”. Agar terhindar dari sakit hati ketika dilanda kerugian.
Prisip 2 : “Barang itu dititipkan pada kami bukan milik kami” jadi dalam hal ini kita harus menjaga dan bertanggung jawab terhadapnya. “Kembalikan milikku kepadaku agar kami memberkatinya” Konsep Jakat.
a. Anggaran Rumah Tangga
Allah Akan menghargai ketika kita dapat menghargai apa yang kita lakukan. “Yang penting kita menuju jalan yang benar maka aku akan membantumu”.
Prinsip 3 : jangan jadikan “dimana hartamu berada disitu hatimu berada” dalam penegertian bahwa kita jangan menempatkan harta adalah segala-galanya
1. Setiap Pengeluaran dibuatkan catatan
2. Merencanakan setiap pengeluaran
3. Diskusikan berapa yang mau disimpan dengan pasangan (Anggota Keluarga Kecil)
Misal : Penghasilan yang diperoleh Rp. 1.944.000; perlu dibuatkan amplop-amplop disisipkan:
a. Untuk keperluan dapur dan sumur = Rp. 150.000
b. Untuk transport = Rp.
c. Untuk komunikasi = Rp.100.000
d. Untuk rumah (Kontrak) = Rp.150.000
e. Untuk kredit = Rp. 819.000
f. Untuk kesehatan = Rp.100.000
g. Untuk pendidikan = Rp.100.000
h. Untuk jangka pendek = Rp.100.000
i. Untuk jangka panjang (Rumah) = Rp. 125.000
j. Biaya tak terduga (uang kaget) = Rp. 100.
k. Biaya kunjungan keluarga = Rp. 50.000
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬_____________________________Jumlah : Rp. 1.944.000;
4. Diskusikan pula tentang pengelolaan keuangan dari hasil lain yang tak terduga
Missal : perolehan yang didapat dari honor dan penghasilan lainnya
a. Keperluan Dapur = Rp.
b. Keperluan Sumur = Rp.
c. Untuk Kesehatan = Rp.
d. Tabungan jangka Pendek = Rp.
e. Tabungan Jangka Panjang = Rp.
2. Pengelolaan Cinta Kasih
a. Merindukan kebahagiaan
b. Merencanakan Percintaan
c. Mendambakan Keharmonisan
3. Perencanaan Liburan Keluarga
4. Perencanaan lain-lain yang dianggap perlu

Di Hari yang Panas

Andai hari itu dapat kembali mungkin akan aku rajut kembali kisah yang terlewatkan saat kita bersama. Suatu Saat kala itu, kau datang menemuiku waktu itu, aku terkaget dan sangat senang kala kau datang. Keadaan Kosku saat itu yang panas hingga membuatmu merasa gerah, kau mengecup keningku dengan lembut, oh...begitu lembut dan bersahaja, saya yakin engkau melakukannya dengan sepenuh kasihmu dan Akupun sangat yakin kau begitu tulus menyintaiku saat itu.
Ternyata kecupan itu adalah kecupan pertama dan sekaligus terakhir yang pernah kudapatkan darimu. Tiadapula saat itu aku membalasnya, kau tersenyum begitu merekah, rona wajahmu begitu indah dan bercahaya bagai gubahan lagu penuh makna. Tiada hal lain yang dapat kugambarkan ketika memandangnya kecuali tetap meyakini bahwa engkau begitu tulus mencintaiku.
Tersentak dari segala mimpi-mimpi indah sejak kehadiranmu dalam hitungan detik dan menit itu kaupun mulai mengungkapkan suatu kata “sesungguhnya apa yang aku berikan itu adalah hal yang pertama dan terakhir untukmu, kini aku memiliki yang lain dan dapat menggantikan posisimu dihatiku, saya berharap engkau tidak semestinya marah terhadapnya karena aku lebih menginginkan untuk memilikinya, terimakasih atas perhatian dan kasih sayangmu selama ini”.
Petir menggelegar ditelingaku, hatipun hancur laksana bombardir menghancurkan puing-puing kota lewat serangan udara yang tiada terduga. Hancur, semuanya luluh-lantah lebur terus berdebu, berhamburan dan terus berhembus beterbangan kesana-kemari tak menentu, suasana hati kala itu begitu hancur, kacau sekacau-kacaunya. Aku tiada pernah percaya apa yang dia katakan dan aku tiada pula meyakini apa yang disampaikan.
Tiada kata sepatahpun terucap dibibir ini ketika melihatmu duduk tertunduk dihadapku, tiada pula aku berani untuk mengusirmu walau aku tersadar engkau telah melukaiku, menghianatiku dan mencampakkanku bagai barang tak bermakna. Aku tiada pula berani menatap wajahmu bukan karena aku muak atau marah tapi aku bingung akau tidak tau apa yang mesti aku lakukan kala itu sampai akhirnya engkau minta untuk pamit diri. Saat kau pamit itulah barulah sebongkahan kata terkuak darimulutku untuk sekedar memberikan pesan terhadapnya “Selamat jalan dan terimakasih atas suatu kisah yang kau berikan. Harapan hati ini hanya satu didirimu : Aku berharap semoga engkau tidak membawa kekasihmu dihadapan mataku nantinya. Semoga enkau bahagia bersamanya”.
Diapun berlalu dengan meninggalkan sejuta luka dihatiku. Tiada sanggup diri ini untuk mengantar kepergianmu walau hanya didepan pintu rumah, aku hanya terdiam dan duduk dalam kamar sempit dan panas itu sampai aku tertidur dengan harapan untuk melupakan segenap kisah bersamanya.
= THE end-